Minggu, 12 Januari 2020

sms berantai1

SMS berantai...(1)


“SMS berantai…” (1)

Semua orang sissodi yang menerima sms dari basudarao meskipun tanpa instruksi untuk menyebarluaskannya, dengan sendirinya dan mungkin secara reflek akan meneruskan berita yang diterimanya ke basudara yang lain.
Sejauh ini sms masih tetap menjadi sarana paling effektif di kalangan kita, karena mudah (cukup dengan memforward) dan murah meriah bahkan ada yang gratis…..sehingga dalam waktu singkat semua warga sissodi sudah menerima berita tsb.

Komunikasi via sms yang demikian bukan suatu hal baru terutama bagi warga sissodi di rantau, kebanyakan selama ini banyak berisi berita pernikahan dan berita kematian.
Sms kemarin malam agak berbeda….sehingga saya sendiri merasa perlu melakukan cek & ricek (bukan acara infotainment di RCTI lho…) dan konfirmasi (jangan-jangan sejenis April Mop), bukan hanya itu, tidak lama kemudian sayapun menerima konfirmasi dari basudara lainnya.

Wah….rupanya sms kali ini mampu membuat “geger” warga sissodi. Saya bayangkan penerima sms ini pasti reaksinya macam-macam, ada yang bertanya-tanya dalam hati kemudian berfikir keras, ada yang ragu-ragu,ada yang menerima begitu saja, dan…mungkin ada juga yang acuh-tak acuh alias cuek saja....
Jadi bagaimana kita menyikapinya???

“Berita” seperti yang tertuang dalam sms tsb, bukanlah hal baru, di amanno terutama menurut para orang tua dulu peristiwa sejenis ini bahkan sering sekali terjadi, terutama bila menyangkut hal-ikhwal  yang sifatnya telah terjadi “pelanggaran” adat istiadat meskipun dilakukan tanpa sengaja atau karena ketidaktahuan kita semua.
Media penyampaian pesannya (message) melalui orang yang "kesurupan "dan biasanya berbicara menggunakan bahasa tanah padahal dalam kondisi sadar yang bersangkutan sebenarnya kurang menguasai bahasa yang telah diucapkannya itu. Para orang tua dahulu “menterjemahkan” hal yang demikian itu sebagai teguran atau peringatan dari para moyang terdahulu supaya hal yang sama tidak terjadi/terulang lagi.

Sms seperti yang kita terima baru-baru ini diakui atau tidak mungkin bisa dianggap cukup "meresahkan" dan membuat semua orang bingung akan kebenarannya. Jika memang benar harus demikian mungkin sebaiknya Upu aiyao mengetahui, atau sms dikirim langsung dari bapak raja sehingga tak ada keraguan bagi yang menerimanya.

Bukan masalah untuk menjalankan himbauan tsb, kita bisa berpuasa kapan saja kita mau. sebagai muslim selama ini kita mengenal puasa ramadhan, puasa senin-kamis, puasa Daud, puasa sebagai rasa syukur,dsb. Tapi rasanya baru kali ini ada ajakan untuk puasa hari minggu. Jikalau kita boleh “mengkritisinya” setidaknya akan muncul pertanyaan “ada apa dengan hari minggu?”.

Selain dari itu, saya sendiri masih kurang faham dengan istilah “peta” yang dimaksud, apakah sama pengertiannya dengan peta=map yaitu gambar suatu lokasi/wilayah tertentu di permukaan bumi seperti “peta wilayah, peta geologi, peta topografi, dsb?”. Beberapa peta yang saya sebutkan itu medianya menggunakan kertas. Jadi tidak mungkin retak atau runtuh paling-paling sobek,lapuk, dan rusak total.

Kemudian perhatian saya beralih ke “Elhau”. Saya jadi ingat beberapa waktu yang lalu pernah mimpi melihat dinding elhau berlubang…. Apakah ada hubungannya dengan sms ini? Wallahu ‘alam…
Tapi….ada apa dengan elhau sebenarnya? Apakah ada sesuatu yang kurang tepat atau mungkin dianggap “salah” untuk sesuatu yang berhubungan dengan elhau? Pembangunan jalan menuju ke sanakah? Atau pembangunan mental spirituil masyarakat sekitarnyakah? berkurangnya nilai religius(nafas Islami) masyarakatnyakah? dsb…dsb….berbagai pertanyaan berseliweran melintas dalam pikiran…namun saya belum menemukan kesimpulan apa-apa.


Mungkin ada baiknya kita kembali pada ayat berikut ini:

(mohon maaf karena keterbatasan font, bagian ini error jadi beta delete )

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)". Surah Al An'aam 59

Terhadap yang gaib kita tetap wajib percaya, namun kebenaran tertinggi dan tidak ada yang menyamai hanya milik Allah swt semata Al-Haqqu Ya’alu ‘ala yu’la ‘alay

Jadi… semua berpulang pada diri kita masing-masing, dengan bertanya pada hati nurani untuk mencapai kebenaran yang hakiki.

Bandung, 9 April 2008
(Upang Pattisahusiwa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar