Masih tentang Osahoa,Misahoa......
Salut ada yang mampu mengangkat masalah ini kepermukaan, mungkin memang kita perlu “menggugat”kebiasaan yang kita pandang memiliki effek negatif ini.
Kita memang tidak dapat mengubah suatu kebiasaan yang telah sedemikian lama terpateri dan membudaya, namun kita bisa memulai kebiasaan baru untuk merevisi kebiasaan lama agar menjadi lebih baik dan dapat menjadi suatu system yang dengan sendirinya kelak dapat memajukan kuamanno. Apa yang telah terpateri dalam budaya lama, biarlah berlalu bersama berputarnya zaman. Budaya baru bisa diawali dari diri sendiri (iko aisako, kukeluarga, tua kuanao).
“Mudah mengungguli seorang pendahulu, tetapi tidak mudah diungguli oleh seorang pengganti”(Eiji Yoshikawa,Musashi,Gramedia 1985). Sepertinya begitulah sifat dasar setiap orang, menggebu, bersemangat dan optimis untuk mencapai sesuatu. dan Setiap posisi tertinggi yang telah mampu diraihnya dan dirasa cukup nyaman ingin rasanya bisa langgeng, sebisa mungkin tidak ingin melepaskannya untuk dilanjutkan oleh seorang pengganti, bahkan bila memungkinkan ingin menikmatinya seumur hidup, seolah-olah lupa pada kenyataan bahwa bumi ini berputar, umur manusia berjalan terus seiring berlalunya jaman…
Osahoa,misahoa…
mungkin bisa diterjemahkan sebagai bentuk “ketidakrelaan” setiap orang untuk diungguli oleh seorang pengganti. ketidak relaan itu terbungkus rapi dan dikemas dalam satu kebiasaan turun temurun sehingga mentradisi membentuk suatu budaya feodal yang seolah-olah kalau dijalankan menjadi tabu / pamali (jawa:ora elok), padahal secara nyata bahwa yang demikian itu sungguh tidak mempunyai effek membangun sama sekali, yang terjadi justru sebaliknya dapat membunuh imaginasi,dan mematikan berbagai inovasi dan kreatifitas yang sedang tumbuh dalam semangat kaum muda.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menyemangati setiap ide dan gagasan yang muncul, karena dalam setiap gagasan sesungguhnya sudah disertai dengan perangkat untuk pencapaiannya. Bila gagasan cemerlang muncul dari kalangan muda, tentu kita berharap dari kalangan tua cukup memberikan semangat dan doa restu saja, karena yang dibutuhkan oleh orang muda sebenarnya “hanya” itu. Tapi bila kalangan tua terjebak menjadi kurang bijak karena terkesan menyepelekan dan merendahkan setiap gagasan, tidak mustahil akan menimbulkan pesimistis dikalangan muda. Kaum muda merasa tidak perlu melakukan sesuatu karena semuanya seolah dianggap tidak penting. Demikian akan berlangsung terus menjadi tradisi turun temurun, hanya itupa iinu kopi tua ihetu ku kewel tua imuwoooo…na laaaa…..dan hanya bisa membanggakan kejayaan masa lalu tanpa mencoba membuat sesuatu yang bisa untuk dibanggakan di masa depan.
Bandung, Desember 2007
Upang Pattisahusiwa[/size]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar