ADAKAH RAHASIA DI BALIK
NAMA SIRI SORI ISLAM?
NAMA SIRI SORI ISLAM?
Sebagai anak negeri yang dilahirkan dan dibesarkan dengan adat istiadat kuamanno ataupun yang kemudian besar di rantau orang, kemungkinan tidak pernah terlintas sama sekali dalam pikiran kita, mengenai adakah rahasia dibalik nama Siri Sori Islam ? benarkah ada makna lain dibalik nama kuamanno itu? atau mungkin bahkan sebagian dari kita sependapat dengan shakespeare apa arti sebuah nama?
Kalau kita berhenti pada Shakespeare,maka tulisan inipun hanya akan berhenti sampai di sini.
Bagi William Shakespeare, boleh-boleh saja sebuah nama itu tidak ada artinya. Lain halnya bagi Muslim, sebuah nama tidak hanya berfungsi sebagai panggilan saja, tapi lebih dari itu. Nama berarti sebuah harapan baik…….
Nama telah ada sejak zaman Nabi Adam a.s.
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Al Baqarah 31)
Benarkah kata "Siri sori” berasal dari kata “…sirri sarri…”? (dalam bahasa arab artinya rahasia yang sangat dirahasiakan) yang telah berproses dan mengalami pergeseran bunyi menjadi “siri sori”?
Jika kita berasumsi bahwa Siri Sori Islam berasal dari kata “Sirri sarri Islam” terjemahan bebasnya kemungkinan menjadi “Rahasia Islam yang tersembunyi” atau “Islam rahasia yang tersembunyi”?
Keduanya tentang rahasia, rahasia apa dan bagaimana sebenarnya yang melingkupi kita? benarkah Siri Sori Islam adalah suatu rahasia? Benarkah kita adalah bagian dari suatu rahasia? Ataukah justru kita inilah rahasia?.
Pengertian rahasia, maknanya bisa sangat luas, mungkin tidak hanya secara fisik seperti kondisi lokasi geografisnya saja, mungkin rahasia itu juga meliputi asal-usul, kondisi sosial budaya (sosio cultural) termasuk adat istiadat dan agama masyarakatnya.
Dalam beberapa kesempatan bertemu dan berbincang dengan orang tua-tua, saya selalu mencoba bertanya barangkali ada sepenggal “kisah” yang beliau ketahui, siapa tahu bisa disambung dan di gabungkan dengan penggalan kisah-kisah lainnya.
Menurut Bapak Haji Ma’ruf Saimima, kita mempunyai sejumlah koleksi pustaka sebagai peninggalan dari tete Haji Abdul wahab Saimima atau yang lebih dikenal dengan nama tete Ambong. Jumlahnya cukup menakjubkan, yaitu sekitar 700 kitab kuno bertuliskan arab gundul yang lebih dikenal dengan kitab kuning. Kitab-kitab tersebut konon tersimpan rapi di keluarga Bapak Haji Ma’ruf Saimima di Amanno,dan selebihnya ada tersimpan pada keluarga lain (jumlahnya belum diketahui secara pasti).
Apa artinya sebuah kitab ilmu yang tersimpan rapi di lemari dan hanya menjadi pajangan bila tidak dipelajari? Kitab dengan tulisan arab gundul itu belum diketahui secara pasti ditulis dengan bahasa apa? Arab, Belanda, melayu,atau bahasa tanah?. Sayangnya pada saat ini makin sedikit dikalangan kita (mungkin bahkan nyaris tidak ada) yang mampu membaca,menterjemahkan, dan menafsirkan tulisan arab gundul.
Mungkin karena pada generasi sebelumnya sampai generasi kita sekarang ini belum ada yang benar-benar memberikan perhatian serius mengenai hal ini,sehingga “transfer budaya” terkesan agak terputus.
Kuamanno yang selama ini dikenal begitu kuat dan mempunyai kharismatik tersendiri bagi wilayah sekitarnya, mungkin memang demikianlah adanya. Kejayaan masa lalu para moyang kita dalam mempertahankan dan melindungi Amanno sejak dari jaman dulu sering kita dengar secara turun temurun dalam bentuk kisah-kisah yang kental dengan genre goib, jangankan bagi masyarakat luar yang mungkin sangat sulit untuk memahaminya, karena kita sendiripun (generasi sekarang) sulit mengerti secara akal/logika.
Seperti misalnya pada kisah tentang seorang nenek bernama Upu Napisah Patti,saat itu ia berada sendirian di daerah Wai, sekitar 4 km dari Siri Sori Islam. Tiba-tiba beberapa serdadu belanda datang untuk menangkapnya, apa yang terjadi kemudian? sepanjang malam sampai pagi hari para serdadu belanda itu tetap diam berdiri tegak tidak dapat melakukan sesuatu, seakan-akan mereka sedang tidur berdiri, sampai kemudian Upu Napisah “membangunkan” mereka….kemudian para serdadu itu meminta maaf dan mohon ampun karena mereka telah berniat buruk terhadapnya.
Sejak itu kisah tentang Upu Napisah tersebar luas sampai ketelinga para serdadu belanda lain dan warga kampung sekitarnya bahwa Siri Sori Islam sangat kuat dalam perlindungan goibnya.
Pada jaman pemerintahan Belanda kuamanno selalu menjadi incaran pihak Belanda untuk dimusnahkan, tapi Alhamdulillah Amanno terjaga dengan rapi sampai hari ini. Hal ini tentu tidak terlepas dari penjagaan para pendiri dan para leluhur kita di amanno, meskipun secara syariat mereka sudah tidak ada namun secara hakikatnya dengan seijin Allah SWT kita tetap berada di dalam pengaruh mereka, karena Segala sesuatu itu berada dalam perlindungan Allah SWT, dan atas kuasa Nya diturunkan para malaikat untuk menjaga kita yang dalam penampakannya diserupakan dengan para leluhur kita.
Tidakkah hal ini membuat kita ingin tahu dan penasaran? Amalan apakah kiranya yang mereka lakukan sehingga Allah berkenan memberikan penjagaannya yang begitu ketat terhadap amanno tua iko lolooko sampai sekarang dan semoga terus berlangsung demikian hingga akhir jaman.
Apakah sebenarnya rahasia yang tersimpan rapi dalam kitab-kitab peninggalan mereka? Adakah yang mereka telah lakukan, tapi kita belum melakukannya?
Kalau kita berhenti pada Shakespeare,maka tulisan inipun hanya akan berhenti sampai di sini.
Bagi William Shakespeare, boleh-boleh saja sebuah nama itu tidak ada artinya. Lain halnya bagi Muslim, sebuah nama tidak hanya berfungsi sebagai panggilan saja, tapi lebih dari itu. Nama berarti sebuah harapan baik…….
Nama telah ada sejak zaman Nabi Adam a.s.
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Al Baqarah 31)
Benarkah kata "Siri sori” berasal dari kata “…sirri sarri…”? (dalam bahasa arab artinya rahasia yang sangat dirahasiakan) yang telah berproses dan mengalami pergeseran bunyi menjadi “siri sori”?
Jika kita berasumsi bahwa Siri Sori Islam berasal dari kata “Sirri sarri Islam” terjemahan bebasnya kemungkinan menjadi “Rahasia Islam yang tersembunyi” atau “Islam rahasia yang tersembunyi”?
Keduanya tentang rahasia, rahasia apa dan bagaimana sebenarnya yang melingkupi kita? benarkah Siri Sori Islam adalah suatu rahasia? Benarkah kita adalah bagian dari suatu rahasia? Ataukah justru kita inilah rahasia?.
Pengertian rahasia, maknanya bisa sangat luas, mungkin tidak hanya secara fisik seperti kondisi lokasi geografisnya saja, mungkin rahasia itu juga meliputi asal-usul, kondisi sosial budaya (sosio cultural) termasuk adat istiadat dan agama masyarakatnya.
Dalam beberapa kesempatan bertemu dan berbincang dengan orang tua-tua, saya selalu mencoba bertanya barangkali ada sepenggal “kisah” yang beliau ketahui, siapa tahu bisa disambung dan di gabungkan dengan penggalan kisah-kisah lainnya.
Menurut Bapak Haji Ma’ruf Saimima, kita mempunyai sejumlah koleksi pustaka sebagai peninggalan dari tete Haji Abdul wahab Saimima atau yang lebih dikenal dengan nama tete Ambong. Jumlahnya cukup menakjubkan, yaitu sekitar 700 kitab kuno bertuliskan arab gundul yang lebih dikenal dengan kitab kuning. Kitab-kitab tersebut konon tersimpan rapi di keluarga Bapak Haji Ma’ruf Saimima di Amanno,dan selebihnya ada tersimpan pada keluarga lain (jumlahnya belum diketahui secara pasti).
Apa artinya sebuah kitab ilmu yang tersimpan rapi di lemari dan hanya menjadi pajangan bila tidak dipelajari? Kitab dengan tulisan arab gundul itu belum diketahui secara pasti ditulis dengan bahasa apa? Arab, Belanda, melayu,atau bahasa tanah?. Sayangnya pada saat ini makin sedikit dikalangan kita (mungkin bahkan nyaris tidak ada) yang mampu membaca,menterjemahkan, dan menafsirkan tulisan arab gundul.
Mungkin karena pada generasi sebelumnya sampai generasi kita sekarang ini belum ada yang benar-benar memberikan perhatian serius mengenai hal ini,sehingga “transfer budaya” terkesan agak terputus.
Kuamanno yang selama ini dikenal begitu kuat dan mempunyai kharismatik tersendiri bagi wilayah sekitarnya, mungkin memang demikianlah adanya. Kejayaan masa lalu para moyang kita dalam mempertahankan dan melindungi Amanno sejak dari jaman dulu sering kita dengar secara turun temurun dalam bentuk kisah-kisah yang kental dengan genre goib, jangankan bagi masyarakat luar yang mungkin sangat sulit untuk memahaminya, karena kita sendiripun (generasi sekarang) sulit mengerti secara akal/logika.
Seperti misalnya pada kisah tentang seorang nenek bernama Upu Napisah Patti,saat itu ia berada sendirian di daerah Wai, sekitar 4 km dari Siri Sori Islam. Tiba-tiba beberapa serdadu belanda datang untuk menangkapnya, apa yang terjadi kemudian? sepanjang malam sampai pagi hari para serdadu belanda itu tetap diam berdiri tegak tidak dapat melakukan sesuatu, seakan-akan mereka sedang tidur berdiri, sampai kemudian Upu Napisah “membangunkan” mereka….kemudian para serdadu itu meminta maaf dan mohon ampun karena mereka telah berniat buruk terhadapnya.
Sejak itu kisah tentang Upu Napisah tersebar luas sampai ketelinga para serdadu belanda lain dan warga kampung sekitarnya bahwa Siri Sori Islam sangat kuat dalam perlindungan goibnya.
Pada jaman pemerintahan Belanda kuamanno selalu menjadi incaran pihak Belanda untuk dimusnahkan, tapi Alhamdulillah Amanno terjaga dengan rapi sampai hari ini. Hal ini tentu tidak terlepas dari penjagaan para pendiri dan para leluhur kita di amanno, meskipun secara syariat mereka sudah tidak ada namun secara hakikatnya dengan seijin Allah SWT kita tetap berada di dalam pengaruh mereka, karena Segala sesuatu itu berada dalam perlindungan Allah SWT, dan atas kuasa Nya diturunkan para malaikat untuk menjaga kita yang dalam penampakannya diserupakan dengan para leluhur kita.
Tidakkah hal ini membuat kita ingin tahu dan penasaran? Amalan apakah kiranya yang mereka lakukan sehingga Allah berkenan memberikan penjagaannya yang begitu ketat terhadap amanno tua iko lolooko sampai sekarang dan semoga terus berlangsung demikian hingga akhir jaman.
Apakah sebenarnya rahasia yang tersimpan rapi dalam kitab-kitab peninggalan mereka? Adakah yang mereka telah lakukan, tapi kita belum melakukannya?
Bandung, Desember 2007
Upang Pattisahusiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar